Senin, 02 Mei 2011

Makna dan Karakteristik Bermain


Bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan sekaligus memiliki unsur pendidikan bagi anak. Sejalan dengan definisi sederhana ini, bermain memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1.      Motivasional. Bermain dilakukan atas motivasi intrinsik dari seorang anak atau berdasarkan keinginan sendiri serta untuk kepentingan sendiri.
2.      Emosional. Bermain adalah kegiatan yang melibatkan emosi-emosi positif pada diri seorang anak. Hal ini tercermin seperti ketika meluncur dari tempat yang tinggi secara berulang-ulan tanpa rasa takut.
3.      Fleksibilitas. Kegiatan bermain biasanya ditandai dengan mudahnya melakukan permainan yang berbeda-beda atau beralih dari satu permainan ke permainan dengan menyenangkan.
4.      Enjoyable. Aktivitas bermain lebih mengutamakan proses bermain, tanpa memperhatikan hasil akhir dari bermain. Anak bermain dengan tanpa harus memperhatikan prestasi apa yang akan didapat apabila ia dapat melakukan hal tersebut. Mereka cenderung terpusat pada proses bermain, seperti anak bisa memasang gambar sesuai dengan bentuknya.
5.      Terbuka. Anak bebas memilih permainan atas kehendaknya tanpa ada yang menyuruh atau memaksa. Ketika seorang anak menyusun balok akan disebut bermain seandainya aktivitas tersebut atas kehendak sendiri tanpa ada yang menyuruh atau memaksa.
6.      Imajinatif. Bermain mempunyai daya imajinasi yang tinggi. Seorang anak yang mempunyai daya imajinasi tinggi akan memungkinkan anak bereksperimen pada hal-hal yang baru. Biasanya realitas internal lebih diutamakan dari pada realitas eksternal, karena anak akan memberikan makna baru terhadap obyek yang dimainkan, dan mengabaikan keadaan obyek yang sesungguhnya. Misalnya anak yang pura-pura membakar sate tapi yang sebenarnya hanya mengipasi kepingan gambar yang berbentuk ayam, sapi, kuda, bebek, atau menganggap guling sebagai seekor kuda.
7.      Bebas. Bermain bebas dari aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan hanya menuntut keterlibatan aktif dari sang anak.
8.      Dimensional. Bermain mempunyai batasan tertentu. Tanpa mengabaikan kebebasan dalam bermain, bermain memiliki dimensi sebagai barometer sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak bisa dikategorikan ke dalam aktivitas bermain atau bukan aktivitas bermain. Seandainya aktivitas tersebut dianggap bukan aktivitas bermain lagi, biasanya anak tidak lagi bisa menikmati aktivitas yang dilakukannya.
Bermain harus dilakukan berdasarkan keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, sehingga anak akan bermain tanpa ada rasa takut untuk melakukan aktivitas bermain apapun dan melakukan aktivitas-aktivitas bermain yang berbeda-beda setiap saat dan berganti-ganti secara fleksible. Karakteristik bermain anak akan menentukan perkembangan anak di masa datang.
Dalam bermain, anak-anak harus mempunyai batasan dengan tidak mengabaikan kebebasan pada anak untuk bermain.  Bermain bukan bekerja tapi bermain adalah berpura-pura.  Bermain juga bukan suatu kegiatan yang sungguh-sungguh, dan juga bukan melakukan kegiatan yang produktif. Namun demikian dalam bermain, anak-anak akan mengalami atau melakukan hal-hal yang produktif. Mereka juga dapat membentuk dunianya sendiri sehingga seringkali dianggap nyata.. Itulah ajaibnya dunia anak-anak.
Sejalan dengan pendapat di atas, Dockett dan Fleer (2000) menyatakan bahwa suatu ativitas dikatakan bermain jika ia memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Simbolik, bermain pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan anak untuk mengemukakan berbagai ide dan gagasannya ke dalam bentuk-bentuk simbolik yang mewakili berbagai benda, orang atau pun aktivitas yang diketahuinya. Karateristik ini terlihat ketika anak memainkan balok yang diibaratkan sebagai kereta api, anak berperan sebagai seorang ibu yang sedang memasak, bahkan sebagai ibu dari boneka yang dinggap sebagai anaknya.
2.      Bermakna, bermain pada hakikatnya adalah kegiatan memainkan berbagai pengalaman, keterampilan, dan pemahaman yang dapat dilakukannya sejalan dengan apa yang telah diketahui anak.
3.      Aktif, kegiatan bermain adalah kegiatan aktif yang dilakukan anak dengan melibatkan berbagai jenis aktivitas baik fisik, psikis, maupun imajinasinya.
4.      Menyenangkan, bermain adalah segala sesuatu yang dilakukan yang dapat memberikan rasa senang, kegembiraan, dan keceriaan pada anak.
5.      Motivasional, bermain adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan atas dasar dorongan dari dalam diri anak sehingga anak melakukannya dengan penuh semangat.
6.      Beraturan, segala bentuk permainan memiliki aturan-aturan, baik dalam hal waktu, lingkungan, maupun peralatannya. Hal inilah yang menyebabkan anak dapat melakukan berbagai jenis permainan jika waktunya ada, lingkungannya mendukung, dan peralatannya tersedia.
7.      Berepisode, layaknya sebuah cerita bermain pun memiliki tahapan yakni tahapan awal, tengah, dan akhir dalam satu  tema tertentu yang dipilih anak. Jika sebuah permainan telah memasuki tahap akhir, biasanya anak akan memainkan permainan baru.
Seluruh karakteristik tersebut berhubungan dengan bermain, walaupun dalam kenyataannya tidak semua karakteristik berada pada satu permainan yang sama. Namun demikian, perlu dicatat bahwa seluruh karakteristik tersebut bukanlah seperangkat aksi yang dapat membuat sesuatu dikatakan bermain. Bruner menyatakan bahwa karakteristik utama dari bermain bukanlah terletak pada isinya melainkan pada jenisnya.  Bermain adalah sebuah pendekatan untuk beraksi, bukan bentuk sebuah aktivitas.
Brewer (2007) menyatakan bahwa untuk memaknai bermain secara lengkap perlu diperhatikan beberapa karateristik sebagai berikut.
1.      Bermain itu dilandasi motivasi personal.
2.      Bermain itu aktif.
3.      Bermain itu tidak literal.
4.      Bermain itu tidak memiliki motivasi ekstrinsik.
5.      Makna bermain dibangun oleh pemainnya.
6.      Bermain tidak memiliki aturan ekstrinsik.
Sejalan dengan karakteristik di atas, dapatlah dikatakan bahwa segala kegiatan anak dapat dikatakan sebagai bermain atau bukan dengan menguji apakah hal tersebut dilakukan atas dasar motivasi intrinsik anak, sesuai dengan realitas anak, dan diatur oleh anak sendiri. Segala bentuk aktivitas tanpa menunjukkan ketiga hal di atas jelaslah tidak bisa dikatakan sebagai bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar